Hakikat Tasawuf (3)
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim
Sekte-Sekte Dalam Ajaran
Tasawuf
(*) Ringkasan dari satu
pembahasan yang ditulis oleh
DR. Muhammad bin Rabi' Al
Madkhali dalam kitabnya
"Haqiqat Ash Shufiyyah" (hal.
18-21),
dengan sedikit perubahan. Kita
dapat membagi ajaran tasawuf
yang ekstrem ke dalam tiga
sekte: Pertama, sekte Al
Isyraqi , sekte ini didominasi
oleh ajaran filsafat bersama
sifat zuhud. Yang dimaksud
dengan Al Isyraqi (penyinaran)
adalah penyinaran jiwa yang
memancarkan cahaya dalam
hati, sebagai hasil dari
pembinaan jiwa dan
penggemblengan ruh disertai
dengan penyiksaan badan
untuk membersihkan dan
menyucikan ruh, yang ajaran ini
sebenarnya ada pada semua
sekte-sekte tasawuf, akan
tetapi ajaran sekte ini cuma
sebatas pada penyimpangan ini
dan tidak sampai membawa
mereka kepada ajaran Al Hulul
(menitisnya Allah 'azza wa jalla
ke dalam diri makhluk-Nya) dan
Wihdatul Wujud (bersatunya
wujud Allah 'azza wa jalla
dengan wujud makhluk/
Manunggaling Gusti ing Kawulo -
Maha Suci Allah dari apa yang
mereka sifatkan), meskipun
demikian ajaran sekte ini
bertentangan dengan ajaran
islam, karena ajaran ini diambil
dari ajaran agama-agama lain
yang menyimpang, seperti
agama Budha dan Hindu. Kedua,
sekte Al Hulul , yang
berkeyakinan bahwa Allah 'azza
wa jalla bisa bertempat/menitis
dalam diri manusia -Maha Suci
Allah 'azza wa jalla dari sifat ini-.
Keyakinan ini diserukan oleh
beberapa tokoh-tokoh ekstrem
ahli Tasawuf, seperti Hasan bin
Manshur Al Hallaj, yang
karenanya para Ulama
memfatwakan kafirnya orang ini
dan dia harus dihukum mati,
yang kemudian dia dibunuh dan
disalib -Alhamdulillah 'azza wa
jalla- pada tahun 309 H. Dan di
dalam Sya'ir yang dinisbatkan
kepadanya dia berkata (kitab
At Thawasiin, tulisan Al Hallaj
hal.130): Maha suci (Allah 'azza
wa jalla) yang Nasut (unsur/
sifat kemanusiaan)-Nya telah
menampakkan rahasia cahaya
Lahut (unsur/sifat ketuhanan)-
Nya yang menembus Lalu
Tampaklah Dia dengan jelas
pada (diri) makhluk-Nya dalam
bentuk seorang yang sedang
makan dan sedang minum
Hingga (sangat jelas) Dia
terlihat oleh makhluk-Nya
seperti (jelasnya) pandangan
alis mata dengan alis mata
Dalam sya'ir lain (kitab Al
Washaaya, tulisan Ibnu 'Arabi
(hal.27), -Maha Suci Allah 'azza
wa jalla dari sifat-sifat kotor
yang mereka sebutkan-) dia
berkata: Aku adalah yang
mencintai dan yang mencintai
adalah aku kami adalah dua ruh
yang bertempat di dalam satu
jasad Maka jika kamu melihatku
(berarti) kamu melihat Dia Dan
jika kamu melihat Dia (berarti)
kamu melihat kami Memang Al
Hallaj -seorang tokoh besar dan
populer di kalangan orang-
orang ahli tasawuf ini- adalah
penganut sekte Al Hulul, dia
meyakini dualisme hakikat
ketuhanan dan beranggapan
bahwa Al Ilah (Allah 'azza wa
jalla) memiliki dua tabiat yaitu:
Al Lahut (unsur/sifat
ketuhanan) dan An Nasut
(unsur/sifat kemanusiaan/
kemakhlukan), yang kemudian Al
Lahut menitis ke dalam An
Nasut, maka ruh manusia -
menurut Al Hallaj- adalah Al
Lahut ketuhanan yang
sebenarnya dan badan manusia
itu adalah An Nasut. Kemudian
meskipun bandit besar ini telah
dihukum mati karena
kezindiqannya -sehingga
sebagian orang-orang ahli
tasawuf menyatakan berlepas
diri darinya -, tetap saja ada
orang-orang ahli tasawuf yang
menganggapnya sebagai tokoh
besar ahli tasawuf, bahkan
mereka membenarkan
keyakinan sesat dan
perbuatannya, dan
mengumpulkan serta
membukukan ucapan-ucapan
kotornya, mereka itu di
antaranya adalah Abul 'Abbas
bin 'Atha' Al Baghdadi,
Muhammad bin Khafif Asy Syirazi
dan Ibrahim An Nashrabadzi,
sebagaimana hal tersebut
dinukil oleh Al Khathib Al
Baghdadi dalam kitab beliau
Tarikh Al Baghdad (8 /112).
Ketiga, sekte Wihdatul Wujud ,
yaitu keyakinan bahwa semua
yang ada pada hakikatnya
adalah satu dan segala sesuatu
yang kita lihat di alam semesta
ini tidak lain merupakan
perwujudan/penampakan Zat
Ilahi (Allah 'azza wa jalla) - maha
suci Allah 'azza wa jalla dari
segala keyakinan kotor
mereka-. Dedengkot sekte ini
adalah Ibnu 'Arabi Al Hatimi Ath
Thai (Nama lengkapnya adalah
Abu Bakr Muhammad bin 'Ali bin
Muhammad bin Ahmad Ath Thai
Al Hatimi Al Mursi Ibnu 'Arabi,
yang binasa pada tahun 638 H
dan dikuburkan di Damaskus.
(Lihat Siar Al A'lam An Nubala'
tulisan Imam Adz Dzahabi
16 /354) Dalam kitabnya Al
Futuhat Al Makkiyah (seperti
yang dinukilkan oleh DR.
Taqiyuddin Al Hilali dalam
kitabnya Al Hadiyyatul Haadiyah
hal. 43) dia menyatakan
keyakinan kufur ini dengan
ucapannya: Hamba adalah tuhan
dan tuhan adalah hamba duhai
gerangan, siapakah yang diberi
tugas (melaksanakan syariat)?
Jika kau katakan: hamba, maka
dia adalah tuhan Atau kau
katakan: tuhan, maka mana
mungkin tuhan diberi tugas?!
Dan dalam kitabnya yang lain
Fushushul Hikam (hal.192) dia
ngelindur: "Sesungguhnya
orang- orang yang menyembah
anak sapi, tidak lain yang
mereka sembah kecuali Allah."
Meskipun demikian, orang-orang
ahli Tasawuf malah memberikan
gelar-gelar kehormatan yang
tinggi kepada Ibnu 'Arabi,
seperti gelar Al 'Arif Billah
(orang yang mengenal Allah
'azza wa jalla dengan
sebenarnya), Al Quthb Al Akbar
(pemimpin para wali yang paling
agung), Al Misk Al Adzfar
(minyak kesturi yang paling
harum), dan Al Kibrit Al Ahmar
(Permata yang merah berkilau),
padahal orang ini terang-
terangan memproklamirkan
keyakinan Wihdatul Wujud dan
keyakinan-keyakinan kufur dan
rusak lainnya, seperti pujian dia
terhadap Firaun dan
keyakinannya bahwa Firaun
mati di atas keimanan, celaan
dia terhadap Nabi Harun 'alaihi
salam yang mengingkari
kaumnya yang menyembah
anak sapi -yang semua ini jelas-
jelas bertentangan dengan
nash Al Quran-, dan keyakinan
dia bahwa kafirnya orang-
orang Nasrani adalah karena
mereka hanya mengkhususkan
Nabi 'Isa 'alaihi salam sebagai
Tuhan, yang kalau seandainya
mereka tidak
mengkhususkannya maka
mereka tidak dikafirkan.
Beberapa Contoh Penyimpangan
dan Kesesatan Ajaran Tasawuf
Berikut kami akan nukilkan
beberapa ucapan dan
keyakinan sesat dan kufur dari
tokoh- tokoh yang sangat
diagungkan oleh orang-orang
ahli tasawuf, yang menunjukkan
besarnya penyimpangan ajaran
ini dan sangat jauhnya ajaran
ini dari petunjuk Al Quran dan
As Sunnah. Pertama, Ibnu Al
Faridh yang binasa pada tahun
632 H, tokoh besar sufi yang
menganut paham Wihdatul
Wujud dan meyakini bahwa
seorang hamba bisa menjadi
Tuhan, bahkan -yang lebih
kotor lagi- dia menggambarkan
sifat-sifat Tuhannya seperti
sifat-sifat wanita, sampai-
sampai dia menganggap bahwa
Tuhannya telah menampakkan
diri di hadapan Nabi Adam 'alaihi
salam dalam bentuk Hawwa
(istri Nabi Adam 'alaihi salam)?!
Untuk lebih jelas silakan
merujuk pada kitab Hadzihi Hiya
Ash Shufiyyah (hal. 24-33),
tulisan Syaikh Abdurrahman al
Wakil yang menukil ucapan-
ucapan kufur Ibnu Al Faridh ini.
Kedua, Ibnu 'Arabi dalam
kitabnya Fushushul Hikam yang
berisi segudang kesesatan dan
kekufuran. Dalam kitabnya ini
dia mengatakan bahwa Rasullah
shallallahu 'alaihi wa sallam lah
yang memberikan padanya
kitab ini, dan beliau shallallahu
'alaihi wa sallam berkata
kepadanya: "Bawalah dan
sebarkanlah kitab ini pada
manusia agar mereka mengambil
manfaat darinya", kemudian
Ibnu 'Arabi berkata: "Maka aku
pun (segera) mewujudkan
keinginan (Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam) itu seperti
yang beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam tentukan padaku tidak
lebih dan tidak kurang."
Kemudian Ibnu 'Arabi berkata:
(Kitab ini) dari Allah, maka
dengarkanlah! dan kepada Allah
kembalilah! (Fushushul Hikam,
dengan perantaraan kitab
Hadzihi Hiya Ash Shufiyyah hal.
19). Ketiga, At Tilmisani, seorang
tokoh besar tasawuf, ketika
dikatakan padanya bahwa kitab
rujukan mereka Fushushul
Hikam bertentangan dengan Al
Quran, dia malah menjawab,
"Seluruh isi Al Quran adalah
kesyirikan, dan sesungguhnya
Tauhid hanya ada pada ucapan
kami." Maka dikatakan lagi
kepadanya, "Kalau kalian
mengatakan bahwa seluruh
yang ada (di alam semesta)
adalah satu (esa), mengapa
seorang istri halal untuk
disetubuhi, sedangkan saudara
wanita haram (disetubuhi)?"
Maka dia menjawab, "Menurut
kami semuanya (istri dan
saudara wanita) halal (untuk
disetubuhi), akan tetapi orang-
orang yang terhalang dari
penyaksian keesaan seluruh
alam mengatakan bahwa
saudara wanita haram
(disetubuhi), maka kami pun
ikut-ikut mengatakan
haram." (Dinukil oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, lihat
Majmu'ul Fatawa 13 /186).
Keempat, Abu Yazid Al Busthami,
yang pernah berkata: "Aku
heran terhadap orang yang
telah mengenal Allah, mengapa
dia tetap beribadah kepada-
Nya?!" (Dinukil oleh Abu Nu'aim Al
Ashbahani dalam kitabnya
Hilyatul Auliya' 10 /37 ). Dia juga
berkata, "Sungguh aku telah
menghimpun amalan ibadah
seluruh penghuni tujuh langit
dan tujuh bumi, kemudian aku
masukkan ke dalam bantal dan
aku letakkan di bawah
pipiku." (Hilyatul Auliya'
10 /35-36). Kelima, Abu Hamid Al
Ghazali, seorang yang termasuk
tokoh- tokoh ahli tasawuf yang
paling besar dan tenar, di dalam
kitabnya Ihya 'Ulumud Din ketika
dia membicarakan tingkatan-
tingkatan dalam tauhid, dia
mengatakan, "Dalam Tauhid ada
empat tingkatan:...Tingkatan
yang kedua: Dengan
membenarkan makna lafadz di
dalam hati sebagaimana yang
dilakukan oleh umumnya kaum
muslimin, dan ini adalah
keyakinannya orang-orang
awam?! Tingkatan yang ketiga:
Mempersaksikan makna
tersebut dengan jalan Al Kasyf
(penyingkapan tabir) melalui
perantaraan cahaya Al Haq
(Allah 'azza wa jalla ) dan ini
adalah tingkatan Al Muqarrabin,
yaitu dengan seseorang melihat
banyaknya makhluk (di alam
semesta), akan tetapi dia
melihat semuanya bersumber
dari Zat Yang Maha Tunggal lagi
Maha Perkasa, dan tingkatan
yang keempat: Dengan tidak
menyaksikan di alam semesta ini
kecuali satu zat yang esa, dan
ini merupakan penyaksian para
Shiddiqin, dan diistilahkan oleh
orang ahli tasawuf dengan
sebutan: Al Fana' Fit Tauhid
(telah melebur dalam tauhid/
pengesaan) karena dia tidak
melihat kecuali satu, bahkan dia
tidak melihat dirinya sendiri...
Dan inilah puncak tertinggi
dalam tauhid. Jika anda
bertanya bagaimana mungkin
seseorang tidak melihat kecuali
hanya satu saja, padahal dia
melihat langit, bumi dan semua
benda-benda yang benar-benar
nyata, dan itu banyak sekali?
dan bagaimana sesuatu yang
banyak menjadi hanya satu?
Ketahuilah bahwa ini adalah
puncak ilmu Mukasyafat
(tersingkapnya tabir)
(maksudnya adalah cerita
bohong orang-orang ahli
Tasawuf yang bersumber dari
bisikan jiwa dan perasaan
mereka, yang sama sekali tidak
berdasarkan Al Quran dan As
Sunnah, -pen), dan rahasia-
rahasia ilmu ini tidak boleh
ditulis dalam sebuah kitab,
karena orang-orang yang telah
mencapai tingkatan Ma'rifah
berkata bahwa membocorkan
rahasia ketuhanan adalah
kekafiran. Sebagaimana seorang
manusia dikatakan banyak bila
anda melihat rohnya, jasad,
sendi-sendi, urat-urat, tulang
belulang dan isi perutnya,
padahal dari sudut pandang lain
dikatakan dia adalah satu
manusia." (Lihat kitab Ihya
'Ulumud Din 4 / 241-242). Al
Ghazali juga berkata,
"Pandangan terhadap tauhid
jenis pertama, yaitu pandangan
tauhid yang murni, dengan
pandangan ini, Anda pasti akan
dikenalkan bahwa Dialah yang
bersyukur dan disyukuri, dan
Dialah yang mencintai dan
dicintai, ini adalah pandangan
orang yang meyakini bahwa
tidaklah ada di alam semesta ini
melainkan Dia (Allah 'azza wa
jalla)." (Ibid 4 /83). Keenam, Asy
Sya'rani, seorang tokoh besar
tasawuf yang telah menulis
sebuah kitab yang berjudul Ath
Thabaqat Al Kubra, yang
memuat biografi tokoh- tokoh
ahli tasawuf dan kisah- kisah
(kotor) yang dianggap oleh
orang-orang ahli tasawuf
sebagai tanda kewalian. Di
antaranya kisah seorang wali(?)
yang bernama Ibrahim Al 'Uryan,
orang ini bila naik mimbar dan
berceramah selalu dalam
keadaan telanjang bulat!? (Lihat
At Thabaqat Al Kubra 2 /124).
Kisah lainnya tentang seorang
(wali Setan) yang bernama
Syaikh Al Wuhaisyi yang
bertempat tinggal di rumah
pelacuran, yang mana setiap
ada orang yang selesai berbuat
zina, dan hendak meninggalkan
tempat tersebut, dia berkata
kepadanya: "Tunggulah
sebentar hingga aku selesai
memberikan syafaat untukmu
sebelum engkau meninggalkan
tempat ini!?" Dan diantara kisah
tentang orang ini: bahwa setiap
kali ada seorang pemuka agama
setempat sedang menunggang
keledai, dia memerintahkannya
untuk segera turun, lalu
berkata kepadanya: "Peganglah
kepala keledaimu, agar aku
dapat melampiaskan birahiku
padanya!?" (Lihat At Thabaqat
Al Kubra 2 / 129-130). Penutup
Setelah pembahasan di atas,
maka jelaslah bagi kita semua
bahwa ajaran tasawuf adalah
ajaran sesat yang menyimpang
sangat jauh dari petunjuk Al
Quran dan As Sunnah, yang
dengan mengamalkan ajaran ini
- na'udzu billah min dzalik-
seseorang bukannya makin
dekat kepada Allah 'azza wa
jalla, tapi malah semakin jauh
dari-Nya, dan hatinya bukannya
makin bersih, akan tetapi malah
semakin kotor dan penuh noda.
Kemudian jika timbul
pertanyaan, "Kalau begitu
usaha apa yang harus kita
lakukan dalam upaya untuk
menyucikan jiwa dan hati kita?"
Maka jawabannya adalah
sederhana sekali, yaitu, Pelajari
dan amalkan syariat islam ini
lahir dan batin, maka dengan
itulah jiwa dan hati kita akan
bersih (untuk lebih jelasnya
silakan pembaca menelaah kitab
Manhajul Anbiya' fii Tazkiyatin
Nufus tulisan Syaikh Salim Al
Hilali, yang ditulis khusus untuk
menjelaskan masalah penting
ini), karena di antara tugas
utama yang dibawa para Rasul
shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah menyucikan jiwa dan hati
manusia dengan mengajarkan
kepada mereka syariat Allah
'azza wa jalla, sebagaimana
firman Allah:
ﻟَﻘَﺪْﻣَﻦَّﺍﻟﻠّﻪُﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟْﻤُﺆﻣِﻨِﻴﻦَﺇِﺫْﺑَﻌَﺚَﻓِﻴﻬِﻢْﺭَﺳُﻮﻻً
ﻣِّﻦْﺃَﻧﻔُﺴِﻬِﻢْﻳَﺘْﻠُﻮﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْﺁﻳَﺎﺗِﻪِ
ﻭَﻳُﺰَﻛِّﻴﻬِﻢْﻭَﻳُﻌَﻠِّﻤُﻬُﻢُﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ
ﻭَﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔَﻭَﺇِﻥﻛَﺎﻧُﻮﺍْﻣِﻦﻗَﺒْﻞُ
ﻟَﻔِﻲﺿَﻼﻝٍﻣُّﺒِﻴﻦٍ "Sungguh Allah
telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus di antara
mereka seorang rasul dari
golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab dan Al
Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata." (QS. Ali
'Imran: 164) Maka orang yang
paling banyak memahami dan
mengamalkan petunjuk Al Quran
dan As Sunnah dengan baik dan
benar, maka dialah orang yang
paling bersih dan suci hati dan
jiwanya dan dialah orang yang
paling bertakwa kepada Allah
'azza wa jalla, karena semua
orang berilmu sepakat
mengatakan bahwa:
"Penghalang utama yang
menghalangi seorang manusia
untuk dekat kepada Allah 'azza
wa jalla adalah (kekotoran)
jiwanya." (Sebagaimana yang
dikatakan oleh Imam Ibnul
Qayyim dalam kitabnya Igatsatul
Lahafan dan Al Fawa'id). Oleh
karena inilah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam
mempermisalkan petunjuk dan
ilmu yang Allah turunkan
kepada beliau shallallahu 'alaihi
wa sallam dengan air hujan
yang Allah turunkan dari langit,
karena sebagaimana fungsi air
hujan adalah untuk
menghidupkan, membersihkan
dan menumbuhkan kembali
tanah yang tandus dan
gersang, maka demikian pula
petunjuk dan ilmu yang dibawa
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam adalah untuk
menghidupkan, menyucikan dan
menumbuhkan hati manusia,
dalam hadits Abi Musa Al 'Asy'ari
radhiallahu 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Sesungguhnya permisalan dari
petunjuk dan ilmu yang aku
bawa dari Allah adalah seperti
hujan (yang baik) yang Allah
turunkan ke bumi..." (HSR Imam
Al Bukhari 1 /175 - Fathul Bari
dan Muslim no. 2282) Semoga
tulisan ini Allah 'azza wa jalla
jadikan bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua
orang yang membacanya.Sumber: muslim.or.id